Penyakit TBC di Bekasi Tercatat 10 ribu Penderita
PJ.BEKASI – Penyakit Tuberkulosis (TBC) di bumi Swatantra Wibawa Mukti tercatat 10.066 penderita . Saat ini pemerintah daerah terus berupaya putar otak menekan laju pertumbuhan kasus itu melalui Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi.
Sedikitnya dari per 4 September 2023 data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi sudah mencatat para penderita Tuberkolosis yang di tekan laju pertumbuhan nya ada 6.331 orang telah di intervensi, presentase dari total keseluruhannya yakni 65%.
Hal itu diungkapkan Subkordinator Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) pada Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi Ahmad Nurfallah usai menghadiri kegiatan sosialisasi Konsorsium Komunitas Penabulu-STPI IU, di Hotel GTV, Sukamahi, Cikarang Pusat, Kabupaten Bekasi.
“Berkaitan dengan insiden kasus kurang lebih ada 10 ribu kemudian yang sudah dilakukan intervensi kurang lebih 65% sekitar 6 ribuan, dari insiden kasus saat ini setengah nya sudah di intervensi pemerintah Kabupaten Bekasi,” kata Ahmad baru – baru ini.
Pemerintah daerah saat ini tengah fokus dalam menangani kasus para penderita penyakit Tuberkolosis atau TBC di daerah pemilik kawasan industri terbesar se-Asia tenggara itu.
“Pertama untuk pelaksanaan kegiatan penemuan kasus TBC itu dilakukan dengan HCF petugas mendatangi tempat-tempat umum memang yang beresiko dikalangan masyarakat misalnya di pesantren dan sekolah,” kata Dia.
Langkah awal yang dilakukan untuk menekan kasus TBC ini, kata Nurfallah para petugas melakukan penekanan melalui skema dor to dor yakni mendatangi dan melakukan screening secara langsung kepada orang yang mengalami TBC.
“Langkah nya petugas mendatangi dan melakukan screening langsung kepada orang yang mengalami TBC, dari screening terhadap pasien gejala tadi, ketika memenuhi kretaria dari hasil pengambilan dahak dilanjutkan dengan pemeriksaan FCM untuk dilakukan test pending, petugas kemudian nanti aktif datang ke lokasi penularan,” ucapnya.
Sementara itu, Manager Jawa Barat Konsorsium Komunitas Penabulu-STPI Bambang Eko Budi Yanto SR menyebutkan, tingginya angka kasus TBC disebabkan kesadaran masyarakat yang masih minim terhadap penyakit tersebut.
“Pertama itu kesadaran masyarakat selama ini masih latin yang tidak ada pada masyarakat dan mungkin ada problem soal edukasi yang kurang terkait publikasi isu tentang TBC ini,” kata Bambang.
Kebanyakan masyarakat masih malu-malu dan takut jika didiagnosa telah menderita penyakit TBC, sehingga akhirnya sulit untuk melakukan deteksi terhadap pemeriksaan kontak erat penderita.
Kemudian, kata Bambang, soal penanganan terhadap pasien penderita penyakit TBC ini hanya ditangani oleh sektoral saja yakni di Dinas Kesehatan saja yang melakukan intervensi.
“Padahal yang kita ketahui pasien-pasien ini berasal dari tingkat bawah yakni di Desa, RT/RW jadi peran-peran lain di sektor lain belum terlibat. Padahal TBC ini yang terdampak kepada saudara-saudara kita ini,” kata Bambang.
Kendati demikian, lanjut Bambang, komunikasi kordinasi dan kolaborasi lintas sektoral yang paling tepat untuk dieksekusi oleh pemangku kebijakan yakni pemerintah daerah untuk menekan angka kasus penyakit TBC ini.
“Contoh nya di dinas lain memiliki program rutilahu nah itu juga bisa untuk mengatasi persoalan pasien yang terjangkit atau trinveksi penyakit TBC ini,” terangnya.
Meski demikian, sumber-sumber datang nya penyakit TBC ini juga karena dari faktor kemiskinan, karena punya hunian nya tidak bagus, mata pencaharian nya kurang dan watersanitasi nya tidak baik.
Saat ini, Pihaknya yakni dari Komunitas Penabulu STPI Jawabarat sudah melakukan pendampingan kepada pasien penderita Tuberkolosis di 25 Kota/Kabupaten di luar Banjar dan Pangandaran.
“Yang tercatat oleh Komunitas Penabulu sedikitnya beban terberat kasus TBC di Jawabarat paling tinggi pertama di Kabupaten Bogor, kedua di Kabupaten Bandung, ketiga di Kota Bandung, Kalo Kabupaten Bekasi sendiri ranking nya ke 4,” imbuhnya.
Ia berharap dari kegiatan yang bertajuk Pertemuan Komunitas dan Pemangku Kepentingan Jejaring DPPM Untuk Optimalisasi Pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Terkait Layanan TBC di Kabupaten Bekasi semua teredukasi terkait pemahaman penyakit menular ini.
“Semua lintas sektor minimal teredukasi terkait pemahaman TBC ini dan semua sektor juga tergerak bahu-membahu bersama Dinas Kesehatan sebagai linding sektor menangani saudara-saudara kita yang terdampak atau terjangkit penderita TBC ini,” ujar Dia.(Ade)
Tidak ada komentar