Scroll Untuk Melanjutkan Membaca
EKONOMI

Lebaran Jadi Momen Curhat Sulitnya Ekonomi di Tengah Pandemi

×

Lebaran Jadi Momen Curhat Sulitnya Ekonomi di Tengah Pandemi

Sebarkan artikel ini
Ilustrasi : Hari Raya Idul Fitri
Ilustrasi : Hari Raya Idul Fitri

Mungkinkan perekonomian Indonesia bisa pulih cepat?

POTRETJABAR.com – Perayaan Lebaran setiap tahunnya menjadi momen yang ditunggu oleh umat muslim. Setelah menjalankan perintah agama selama satu bulan penuh berpuasa, umat muslim kemudian melakukan shalat Idul Fitri, untuk kemudian dilanjutkan dengan bersilaturahmi ke sanak saudara dan tetangga sekitar.

Sayangnya, momen yang kerap diwarnai dengan suka cita ini sekarang dirasakan berbeda oleh banyak masyarakat. Pandemik virus corona jenis baru (COVID-19) membuat kondisi berlebaran berbeda. Silaturahmi tidak dianjurkan secara langsung, dan  secara virtual atau daring (online) melalui berbagai aplikasi percakapan.

Dan hal lain ekonomi yang menjadi perbincangan selama silaturahmi virtual adalah mereka yang mencurahkan isi hatinya kesal karena menjelang perayaan ini justru harus berduka. Penyebabnya satu, tidak ada pendapatan selama satu bulan ke belakang karena ekonomi runtuh.

1. Jualan rongsok aja sekarang susah

Asep misalnya, salah satu pengepul rongsok ini baru mulai membuka usaha dengan mengumpulkan barang-barang bekas. Rongsok tersebut kemudian dia pilah untuk dijual kembali ke pengepul yang lebih besar atau langsung dijual ke pabrik semisal plastik.

Dia yang sempat mencicil mobil bak terbuka beberapa bulan kemarin sebelum adanya wabah ini kemudian harus merelakan mobilnya diambil kembali oleh pihak penjual.

“Gimana mau bayar cicilan mobil sekarang kirim barang juga ga bisa karena pabriknya ga buka. Ya sekarang saya ga kerja apa-apa,” ujar Asep menceritakan kesedihannya, dilansir  IDNtimes, Minggu (24/5).

2. Sudah lama dirumahkan dan belum jelas masa depannya di perusahaan

Hal lain disampaikan Fauzan, bekerja sebagai operator mesin di salah satu perusahaan di Bandung, dia sudah lama dirumahkan. Sejak perusahaan tidak bisa menjual hasil produksi, pabrik pun menghentikan operasional sementara.

Beruntungnya, karena kontrak yang sudah lebih dari dua tahun Fauzan tidak masuk dalam karyawan yang terkenal pemutusan hubungan kerja (PHK). Namun, banyak dari rekannya yang masih satu tahun kerja di-PHK.

“Nah ini ga tahu kalau masih corona gini bisa jadi kita juga kena PHK. Sejauh ini sih gaji masih aman,” kata dia.

BACA JUGA :  Awal Tahun Harga Cabai di Cikarang Naik Hingga 100%, Pedagang Rujak Teriak
Ilustrasi : THR
Ilustrasi : THR

3. Sudah gaji secukupnya, THR malah nihil dari kantor

Kondisi perekonomian rumah tangga yang sulit juga dirasakan Ridwan. Bekerja di salah satu perusahaan media, dia bahkan tidak mendapat tunjangan hari raya (THR). Perusahaan tempatnya bernaung sekarang hanya memberikan uang ‘kadedeh’ atau biasa disebut uang terima kasih.

“Wah parah ga ada THR sama sekali. Mungkin karena kantor juga lagi susah. Tapi sebenarnya kan itu kewajiban kantor untuk bayar THR,” ujar Ridwan.

Dia sebenarnya ingin mempertanyakan hal ini kepada perusahaan, tapi karena Ridwan belum lama bekerja di sana rasanya enggan untuk berkeluh kesah di mana masih ada senior perusahaan yang juga tak mendapat THR.

“Takutnya malah nanti saya dipecat. Saya masih butuh pekerjaan soalnya,” paparnya.

4. Pemerintah siapkan skenario baru dongkrak perekonomian nasional

Virus Corona membuat pertumbuhan ekonomi di seluruh dunia terpuruk, tak terkecuali Indonesia. Pada kuartal I 2020, ekonomi Indonesia hanya tumbuh 2,97 persen.

Pemerintah bahkan memproyeksikan pertumbuhan ekonomi sepanjang 2020 hanya tumbuh di kisaran -0,4 persen – 2,3 persen.

Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Febrio Kacaribu mengatakan bahwa pemerintah bakal berupaya keras untuk melewati skenario tersebut. Paling tidak, ekonomi dalam negeri akan diupayakan untuk tetap tumbuh positif.

“Kita bergerak di range tersebut. Ini skenario sedih yang ingin kita hindari,” ujarnya beberapa waktu lalu.

Dampak virus corona, kata Febrio, masih akan terus berlanjut. Oleh sebab itu, pemerintah akan menekan dampak tersebut agar tidak semakin parah. Ia berharap bisa terjadi perbaikan pada kuartal III dan IV.

“Indonesia apakah akan lebih buruk lagi di kuartal? Jelas iya. Apakah Q3 bisa lebih baik dari Q2? Kita usahakan. Apakah Q4? Kita sedang usahakan lagi,” ucap Febrio.

“Tertekan pasti tertekan, tapi bagaimana kita bisa meredam. Kita secara bersama menekan dampak sosial masyarakat,” sambungnya.(IDN/PJ).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: POTRETJABAR.COM