Scroll Untuk Melanjutkan Membaca
BEKASIOPINI

[Opini] GENERASI BERFILSAFAT

×

[Opini] GENERASI BERFILSAFAT

Sebarkan artikel ini
Dr. Idham Kholik/ Generasi Berfilsafat

[Opini]  GENERASI BERFILSAFAT
Oleh : Dr. Idham Kholik

POTRETJABAR.com – Dalam buku A Call for Revolution (1993), terdapatkan kalimat bijak dari sang penulis kritis Amerika Serikat, Martin L. Gross yang mengemukakan: “We live in a world in which politics has replace philosophy” (Kita hidup di sebuah dunia dimana politik telah mengganti filsafat).

Tentunya politik yang dimaksud Gross tersebut adalah dalam perspektif instrumentalisme atau pragmatisme dan bahkan Machiavellianisme.

Apa yang dikemukakan oleh Gross tersebut sama dengan apa yang sedang terjadi dalam lanskap kehidupan politik di negeri kita saat-saat ini. Tentunya lanskap tersebut sangat berbeda jauh dengan lanskap politik di era kemerdekaan dimana para founding person (para pendiri bangsa) dan para tokoh muda bangsa lainnya pada waktu itu berpolitik selalu dilandasi oleh pandangan filosofis.

Resiko terbesar dari generasi yang tidak memahami filsafat adalah generasi yang rentan (vulnerable generation), karena mereka tidak memiliki kemampuan berpikir kirtis dan radikal (sampai pada akar permasalahan).

Absennya filsafat dalam kehidupan generasi yang seperti dikemukakan oleh Gross tersebut ditandai dengan gaya berpikir yang instan –dengan demikian mereka bisa disebut juga sebaga generasi instan (instant generation), mirip dengan produk-produk pasar yang dikonsumsinya yaitu produk-produk instan. Dalam perspektif psikologi behaviorisme, tentunya, lingkungan membentuk perilaku –lingkungan instan sudah pasti membentuk cara berpikir instan.

BACA JUGA :  Jalan Garon Hancur Kades Geram, Pengusaha: Sudah koordinasi

Wajar saja, ketika hoaks dan rekan-rekannya mensaturasi atau membanjiri ruang publik (public sphere) media sosial dalam Pemilu Serentak 2019, pemilih mudah sekali terpolarisasi dengan tajam dan bahkan terjebak dalam lingkaran setan (devil’s circle) yaitu tidak sekedar berkomunikasi tidak etis (unethical communication), tetapi juga tindak pidana dalam internet (digital crime atau cybercrime). Itulah bukti bagaimana bahayanya cara berpikir instan dimana penerima informasi dengan mudah terpersuasi dan bahkan terkultivasi.

Dengan demikian, generasi instan ditandai pasivitas dalam penerimaan informasi dan agresivitas dalam bertindak sesuai dengan informasi yang diterimanya. Ketika mereka menjadi khalayak media massa atau pengguna media sosial, mereka adalah khalayak/pengguna pasif dan reaktif dimana mereka tak berdaya menolak dan hanyut dalam arus deras pesan-pesan destruktif. Oleh karena itu, penerimaan informasi mereka dapat dianalogikakan seperti jarum suntik yang menyuntikan cairan ke dalam tubuh.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: POTRETJABAR.COM