Scroll Untuk Melanjutkan Membaca
Example 360x660
EKONOMINASIONAL

Prediksi Ekonomi RI yang Dihantam Covid-19

×

Prediksi Ekonomi RI yang Dihantam Covid-19

Sebarkan artikel ini
Ilustrasi
Ilustrasi

PJ. JAKARTA – Virus corona (COVID-19) ikut menggerogoti kesehatan ekonomi Indonesia. Diperkirakan perekonomian Indonesia bisa mengalami kontraksi sangat dalam.

Asian Development Bank (ADB) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini hanya sebesar 2,5%. Angka itu turun separuhnya dari tahun 2019 sebesar 5,0%.

Example 468x60

ADB menyatakan, Indonesia memiliki landasan makro ekonomi yang kuat tapi wabah virus corona tetap memberikan dampak. ADB juga menyatakan, ekonomi Indonesia bisa pulih jika tindakan tegas diterapkan untuk penanganan corona.

“Meski Indonesia memiliki landasan makro ekonomi yang kuat, wabah Covid-19 yang tengah berlangsung telah mengubah arah perekonomian negara ini, dengan memburuknya kondisi lingkungan eksternal dan melemahnya permintaan dalam negeri,” kata Direktur ADB untuk Indonesia, Winfried Wicklein dalam keterangannya, Jumat (3/4/2020).

“Jika tindakan tegas dapat diterapkan secara efektif untuk menanggulangi dampak kesehatan dan ekonomi wabah tersebut, khususnya guna melindungi kelompok miskin dan rentan, perekonomian Indonesia diperkirakan dapat kembali secara bertahap ke jalur pertumbuhannya tahun depan,” sambungnya.

Menurut Asian Development Outlook (ADO) 2020, pandemi COVID-19 bersamaan dengan penurunan harga komoditas dan gejolak pasar keuangan, akan berimplikasi buruk bagi perekonomian dunia dan Indonesia tahun ini. Terlebih, dengan memburuknya perekonomian sejumlah mitra dagang utama Indonesia. Permintaan dalam negeri diperkirakan akan melemah seiring dengan menurunnya sentimen bisnis dan konsumen.

Namun, sejalan dengan pulihnya perekonomian dunia tahun depan, pertumbuhan Indonesia diperkirakan akan memperoleh momentum, dibantu dengan reformasi di bidang investasi yang dikeluarkan baru-baru ini.

ADB memperkirakan inflasi naik tipis ke 3,0% pada tahun ini dari tahun sebelumnya 2,8%. Kemudian turun lagi menjadi 2,8% di tahun 2021.

Tekanan inflasi dari ketatnya pasokan pangan dan depresiasi mata uang diperkirakan akan dapat diimbangi sebagian oleh penurunan harga bahan bakar non-subsidi, serta subsidi tambahan untuk listrik dan pangan.

BACA JUGA :  Kementerian Kominfo Telusuri Dugaan Penjualan Swafoto KTP

Sementara itu, pendapatan ekspor dari pariwisata dan komoditas diperkirakan akan menurun, sehingga menyebabkan defisit transaksi berjalan mencapai 2,9% dari produk domestik bruto pada tahun 2020. Seiring pulihnya taraf ekspor dan investasi pada 2021, volume barang modal impor yang lebih besar akan menyebabkan defisit transaksi berjalan tetap sama seperti pada 2020.

Ilustrasi
Ilustrasi

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, KSSK (Komite Stabilitas Sektor Keuangan) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang terburuk bisa mencapai minus 0,4%. KSSK sendiri berisikan Menteri Keuangan, Gubernur BI, Ketua Dewan Komisioner OJK dan LPS.

“Pertumbuhan ekonomi kita perkirakan berdasarkan perkiraan BI, OJK dan LPS, kita perkirakan akan turun ke 2,3%, bahkan yang terburuk bisa negatif 0,4%,” tuturnya dalam video conference, Rabu (1/4/2020).

Sri Mulyani menjelaskan, wabah COVID-19 mampu menyebabkan penurunan kegiatan ekonomi. Lalu ujungnya juga berpotensi menekan lembaga keuangan.

Prediksi pertumbuhan ekonomi 2,3% hingga -0,4% itu berdasarkan proyeksi beberapa komponen PDB pengeluaran yang juga menurun. Konsumsi rumah tangga diproyeksikan dalam kondisi berat 3,22% dan yang sangat berat 1,6%.

Lalu konsumsi LNPRT (lembaga non-profit yang melayani rumah tangga) diproyeksikan pertumbuhannya -1,78% dalam kondisi berat dan kondisi sangat beratnya 1,91%.

Pertumbuhan konsumsi pemerintah diperkirakan meningkat, yakni dalam kondisi berat 6,83% dan sangat berat 3,73%. Hal itu lantaran besarnya stimulus yang disiapkan pemerintah untuk menangani COVID-19.

Sementara PMTB atau investasi pertumbuhannya yang terburuk hanya 1,12%, dan yang kondisi sangat beratnya bisa -4,22%. Begitu juga dengan ekspor yang pertumbuhannya diperkirakan kontraksi -14% sampai -15,6% dan ekspor diproyeksikan -14,5% hingga -16,65%.(detikcom/PJ).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: POTRETJABAR.COM