Scroll Untuk Melanjutkan Membaca
BEKASI

Libur Panjang, Industri Hotel di Jabar Mulai Menggeliat

×

Libur Panjang, Industri Hotel di Jabar Mulai Menggeliat

Sebarkan artikel ini

 

PJ. BANDUNG – Libur akhir pekan panjang atau long weekend di Agustus tahun ini mulai berdampak pada peningkatan okupansi hotelhotel di Jawa Barat. Sebelumnya, industri hotel terpukul akibat sejumlah pembatasan hingga larangan wisata akibat pandemi Covid-19.

Ketua PHRI Jabar Herman Muchtar mengatakan, pada libur akhir pekan 17 Agustus kemarin, rata-rata okupansi hotel se-Jawa Barat mencapai 70%. Angka tersebut merujuk pada libur tiga hari sejak Sabtu (15/8/2020) hingga Senin (17/8/2020).

“Setelah itu turun lagi, pas weekday turun lagi. Okupansi 70% itu dihitung rata-rata selama 3 hari libur kemarin,” ungkapnya seperti diwartakan ayobandung.com, Jumat (21/8/2020).

Namun, ia mengatakan, untuk libur akhir pekan Tahun Baru Islam yang dimulai pada Kamis (20/8/2020), rata-rata okupansi hotel di Jabar tidak akan setinggi pada Senin lalu. Libur saat ini yang relatif lebih panjang, yakni mencapai 4 hari atau lebih, dinilai membuat banyak wisatawan memilih untuk pergi ke daerah wisata lain yang relatif lebih jauh.

Long weekend sekarang lebih lama, 4 hari, kalau kita lihat tidak mencapai target. Rata-rata okupansi sekarang di 20-25%. Untuk minggu ini (lokasi liburan) akan terbagi,” ungkapnya.

Beberapa daerah di Jabar yang masih akan menerima jumlah wisatawan dengan angka yang tinggi, ia mengatakan,adalah kawasan destinasi wisata seperti Puncak, Pangandaran, Subang (Ciater), Palabuhan Ratu, hingga Kota Bandung.

“Di daerah-daerah wisata ini memang bagus, okupansi masih bisa mencapai 85%. Terutama di daerah seperti Sukabumi, jarak tempuh ke sana dari Jakarta kan jauh, orang bisa meningap 2 malam,” paparnya.

BACA JUGA :  Besok, Ribuan Penganggur Antar Lamaran ke Pj.Bupati Bekasi

Ia menargetkan, rata-rata okupansi hotel secara keseluruhan di Jabar pada libur panjang akhir pekan ini mencapai 50%.

“Itu target kita, bisa mencapai segitu sudah bagus. Sampai tadi malam baru 30%-an,” ungkapnya.

Sementara target okupansi hotel tahunan rata-rata se-Jabar, ia mengatakan, adalah 30%. Hingga Juli 2020 kemarin, target hanya dibidik di angka 10%.

“Kalau sampai Desember ini rata-rata bisa 30% juga sudah bagus, syukur-syukur bisa lebih,”ujarnya.

Ia mengatakan, mesikpun sektor wisata lain seperti restoran diminta untuk membatasi kapasitas operasional hingga 50%, hal tersebut tidak diterapkan untuk kapasitas kamar hotel. Namun, ia memastikan para penguasaha hotel pun melakukan sejumlah inisiatif aturan pembatasan demi penerapan protokol kesehatan.

“Kalau restoran ada batasan, hotel belum ada. Cuma kalau pengusaha jor-joran menerima tamu, peluang adanya Covid-19 sangar besar. Kalau Covid-19 meningkat lagi, pengusaha pasti lumpuh. Ini tugas bersama, baik pengusaha, aparat, pemerintah maupun masyarakat harus disiplin,”ucap Ia.

Sebelumnya, industri hotel di Jabar sudah mulai terdampak Covid-19 sejak awal Februari 2020, dimana larangan terbang di sejumlah negara menjadikan banyak bussines trip menuju Jabar dibatalkan. Hal ini berdampak pada pengurangan okupansi hotel secara signifikan.

Hal tersebut bertambah parah ketika aturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) diterapkan, dimana industri hotel tak dapat lagi berharap baik pada wisatawan asing maupun domestik. Sejak Maret 2020, PHRI Jabar pun terus menyesuaikan target okupansi hotel yang terpantau terus merosot.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: POTRETJABAR.COM