Scroll Untuk Melanjutkan Membaca
BEKASI

Pendam Kepala Kerbau Tradisi Sedekah Bumi Petani di Sukamakmur

×

Pendam Kepala Kerbau Tradisi Sedekah Bumi Petani di Sukamakmur

Sebarkan artikel ini

PJ.BEKASI – Sebagai wujud syukur, masyarakat Sukamakmur yang mayoritas petani adakan babaritan atau sedekah bumi dengan menyembelih seekor Kerbau yang kepalanya dipendam di Bendungan Caringin Sungai Ciherang di Desa Sukamakmur Kecamatan Sukakarya Kabupaten Bekasi Jawa Barat.

Mudin (45) salah satu petani warga sekitar mengatakan, Babaritan ini setiap tahunnya selalu dilaksanakan oleh masyarakat Desa Sukamakmur yang mayoritasnya sebagai petani padi.

Sedekah bumi atau babaritan sebuah ritual sebagaimana bentuk rasa syukur kepada Allah SWT atas hasil panen padi dan sebagai wujud pelestarian budaya leluhur.

Tradisi ini juga sebagai sarana memanjatkan doa agar selalu diberi keselamatan dan dijauhkan dari bencana.

“Prosesi babarit dilaksanakan pada hari, bulan dan tempat yang sama setiap tahunnya biasanya kita melaksanakan setiap Kliwon pada bulan maulud atau bulan Rabiul awal dalam kalender Jawa ataupun hijriah,”ucap Mudin

BACA JUGA :  Jalan Usaha Tani di Pebayuran Bak Kubangan Kerbau Hasil Panen Terkendala

Kepala Desa Sukamakmur Wawan Kurniawan menyampaikan, seperti tahun sebelumnya Pemdes Sukamakmur bersama para petani menghadiahkan se-ekor kerbau untuk disembelih.

Lalu kemudian, dagingnya akan bagikan keseluruhan masyarakat Desa Sukamakmur sebagai bentuk kebersamaan.

“Memasuki acara adat, kita adakan arak arakan pala kerbau mengelilingi kampung menuju bendungan Ciherang dan akan kita kuburkan disekitar bendungan,”ungkap Wawan.

Bukan itu saja, pada malam harinya babaritan ini mencakupi seni wayang kulit dan gamelan tradisional untuk memperkenalkan budaya seni kepada generasi – generasi muda di Desa Sukamakmur.

“Babaritan bukan hanya sekadar acara, tetapi juga merupakan wujud nyata dalam menjaga dan melestarikan tradisi serta kearifan lokal. Dengan tetap melaksanakan acara seperti ini, diharapkan generasi muda dapat memahami dan menghargai budaya warisan leluhur yang memiliki nilai-nilai kebersamaan dan gotong royong,”tukasnya (Mir)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: POTRETJABAR.COM