PJ. INDRAMAYU – Arkeolog dan balai cagar budaya telah menyelesaikan ekskavasi Desa Sambimaya, Kecamatan Juntinyuat, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Selama ekskavasi, tim menemukan dua bangunan yang diduga candi, keramik dan gerabah lokal.
Ketua Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Kabupaten Indramayi Dedy S Musashi mengatakan ekskavasi di lokasi penemuan batu ‘bertelapak kaki anjing’ di Desa Sambimaya dilakukan sejak 24 Mei hingga 8 Juni. Ekskavasi itu melibatkan Balai Arkeologi (Balar) Jabar dan Balai Pelestarian Cagar Budaya Banten (BPCB) Banten. Dedy tak menyangka banyak temuan yang didapat dari hasil ekskavasi.
“Setelah kita lakukan ekskavasi, kita temukan dua bangunan situs yang cukup luas, pecahan keramik asing yang diperkirakan masa Dinasti Ming dan gerabah lokal,” kata Dedy dikutip dari detikcom Kamis (10/6/2021).
Dedy mengatakan tim arkeologi saat ini tengah meneliti lebih lanjutan temuan-temuan dari lokasi ekskavasi. Dedy mengatakan adanya temuan pecahan keramik bercorak asing ini membuktikan adanya interaksi antara masyarakat yang luas.
“Kalau gerabah kan lokal, apakah ini tradisi dari masyarakat atau bagaimana. Sedangkan keramik itu kan asing, artinya ada kemungkinan interaksi dengan luar. Apakah dalam bentuk perdagangan atau perkawinan,” kata Dedy.
Dedy berharap Pemkab Indramayu terlibat dalam penelitian lanjutan. Sebab, lanjut Dedy, penelitian untuk mengungkap bangunan candi di Sambimaya memerlukan anggaran yang cukup besar.
“Kita menunggu ada anggaran untuk penelitian dan ekskavasi lanjutan. Kemudian tentang pembebasan lahan juga,” kata Dedy.
Sekadar diketahui, lokasi penemuan benda-benda purbakala itu berada di areal persawahan masyarakat sekitar. Sehingga, perlu adanya pembebasan lahan.
Terapkan Teknologi Tahan Gempa
Selain menemukan benda-benda kuno, tim arkeolog juga menemukan fakta baru dalam ekskavasi yang dilakukan selama dua pekan itu. Dalam keterangan, tim arkeolog menyimpulkan bahwa bangunan yang diduga candi itu telah menerapkan teknologi tahan gempa. Hal itu dilihat dari adanya pecahan bata halus (gravel) yang mengelilingi lantai dasar bangunan.
Ketua Tim Penelitian Arkeologi Situs Sambimaya Nanang Saptono mengatakan temuan berupa pecahan bata setebal 10 sentimeter yang mengelilingi bangunan merupakan stabilizer, atau penahan gempa untuk bangunan.
“Para undagi dulu telah memikirkan dampak bencana dari bangunan yang didirikan di kawasan yang rawan bencana. Kita menemukan lapisan gravel atau pecahan bata yang berfungsi sebagai penahan gempa dari sebuah bangunan,” kata Nanang.
Tak hanya di Sambimaya, Nanang mengatakan lapisan penahan gempa juga ditemukan di situs-situs arkeologi lainnya di Indonesia, seperti kompleks percandian Batujaya di Kabupaten Karawang dan Prambanan di Jawa Tengah.
“Kalau di Prambanan menggunakan kerikil sebagai lapisan penahan gempanya. Sementara di Batujaya sama dengan di Sambimaya ini, menggunakan pecahan bata merah,” kata Nanang.
Ungkap Peradaban Indramayu
Sehari sebelum ekskavasi dihentikan, Bupati Indramayu Nina Agustina meninjau langsung penelitian di lokasi penemuan diduga candi di Desa Sambimaya. Nina mendukung agar tim arkeolog mengungkap sejarah peradaban di Sambimaya melalui temuan candi.
“Sangat menarik dan agar dapat segera terungkap sejarah peradaban kuno di Sambimaya ini. Kita berupaya agar bisa terungkap dalam 12 bulan, sehingga masyarakat Indramayu dapat mengetahui silsilah dan sejarah dari jejak jejak peradaban masa lalu di situs Sambimaya ini,” kata Nina.
Nina mengaku telah memiliki rencana untuk mengedukasi masyarakat dalam hal sejarah dan budaya. Sehingga, temuan di Sambimaya ke depannya bisa dijadikan sebagai destinasi wisata budaya dan sejarah.
Seperti diberitakan sebelumnya, penemuan batu bata merah yang ‘bertelapak kaki anjing’ menggemparkan masyarakat Indramayu pada Oktober tahun lalu. Batu bata merah yang diduga bagian bangunan candi itu ditemukan di Desa Sambimaya, Kecamatan Juntinyuat, Kabupaten Indramayu, yang saat ini diteliti oleh BPCB.
Ketua Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Kabupaten Indramayu Dedy S Musashi membenarkan adanya temuan itu. Ia menjelaskan penemuan bangunan yang diduga candi itu ditemukan oleh salah seorang polisi dan komunitas Karuhun Nusantara, Minggu (27/10/2019).
“Batu bata merah ukuran 20×20 sentimeter, diduga bagian dari struktur bangunan candi Buddha. Ada goresan telapak kaki anjing. Telapak kaki hewan ini biasanya sebagai penanda batas wilayah, batas pengembaraan seorang Buddhis,” tutur Dedy saat dihubungi detikcom Senin (28/10).(dtk/*)