(Foto: Ilustrasi/Google)
PJ. JABAR – Berdasarkan proyeksi Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk Indonesia pada 2019 sebesar 268,7 juta jiwa.
Sebanyak 49,32 juta jiwa atau 18,40% bertempat tinggal di Jawa Barat (Jabar). Jabar menjadi wilayah dengan jumlah penduduk terbanyak di Indonesia. Adapun wilayah administrasinya meliputi 18 kabupaten dan 9 kota, 627 kecamatan, serta 5.957 desa.
Potensi besar Jabar tersebut tentunya signifikan terhadap kemajuan bangsa. Pencapaian indikator pembangunan yang positif di Jabar akan mendongkrak indikator nasional. Begitu pula sebaliknya, rendahnya pencapaian indikator pembangunan Jabar berpotensi melemahkan indikator nasional.
Oleh sebab itu, mengawali 2020, Jabar sebagai salah satu provinsi besar harus mampu menghadapi tantangan yang semakin besar pula.
Beberapa tantangan yang menanti di antaranya masalah ketenagakerjaan, kemiskinan, dan pertumbuhan ekonomi.
Ketenagakerjaan Jawa Barat
BPS mencatat bahwa angkatan kerja Jabar pada Agustus 2019 yaitu 23,80 juta orang. Sedangkan angkatan kerja nasional sebanyak 133,56 juta orang.
Gambaran ini memperlihatkan terdapat 17,82% angkatan kerja berada di Jabar. Penduduk dengan status bekerja pada Agustus 2018 sebanyak 20,78 juta orang, bertambah menjadi 21,90 juta orang pada Agustus 2019.
(Foto: Ilustrasi/Google)
Hal tersebut menunjukkan adanya penambahan penyerapan tenaga kerja di Jabar sebanyak 1,12 juta orang selama Agustus 2018 sampai dengan Agustus 2019. Masih berdasarkan data BPS, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Jabar, turun dari 8,17% (Agustus 2018) menjadi 7,99% (Agustus 2019) namun masih di atas TPT rata rata nasional (5,28%).
Secara absolut, jumlah pengangguran di Jabar sebanyak 1,85 juta orang pada Agustus 2018 bertambah menjadi 1,90 juta orang pada Agustus 2019. Oleh sebab itu, pada 2020 Jabar harus mampu menyediakan sekurang kurangnya 2 juta-an lapangan kerja baru.
Apabila dicermati menurut tingkat pendidikan, TPT terendah terdapat pada penduduk berpendidikan SD ke bawah yaitu sebesar 4,26%. Sedangkan TPT tertinggi sebesar 14,53% pada jenjang pendidikan SMK. Adapun TPT pada jenjang pendidikan universitas sebesar 6,78 %. Ditinjau dari struktur lapangan pekerjaan utama, perdagangan masih mendominasi di Jabar.
Penyerapan tenaga kerja pada lapangan usaha perdagangan sebanyak 22,24% pada Agustus 2018 naik menjadi 22,56% pada Agustus 2019. Sedangkan secara nasional (Agustus 2019), masih didominasi pertanian yaitu sebesar 27,33% dan perdagangan diurutan kedua yaitu 18,81%. Selain itu, di Jabar terdapat peningkatan presentase penduduk bekerja pada industri pengolahan dari 20,93% pada Agustus 2018 menjadi 21,06% di Agustus 2019.
Demikian pula peningkatan terdapat pada penyediaan akomodasi dan makan minum dari 7,68% menjadi 8,4%.
Kondisi sebaliknya terjadi penurunan serapan tenaga kerja pada pertanian. Kondisi Agustus 2018 pertanian menyerap tenaga kerja sebanyak 13,81% menurun menjadi 13,25% pada Agustus 2019.
Kemiskinan Jawa Barat
Kemiskinan menjadi masalah krusial yang dihadapi pemerintah, baik pusat maupun daerah. Hasil rilis BPS, Jabar pada Maret 2019 masih menghadapi 6,91% atau sebanyak 3,4 juta jiwa penduduk miskin.
Namun persentasenya menurun dari maret 2018 (7,45%). Persentase penduduk miskin Jabar berada di bawah angka nasional (9,41%) atau sebanyak 25,14 juta orang.
Adapun persentase kemiskinan di perdesaan lebih tinggi dibandingkan di perkotaan. Maret 2019, persentase penduduk miskin diperdesaan sebesar 9,79% (angka nasional sebesar 12,85 %) sedangkan di perkotaan sebesar 6,03% (angka nasional 6,69%).
Beras masih menjadi penyumbang terbesar terhadap garis kemiskinan maret 2019. Di perkotaan sebesar 23,18%, sedangkan di perdesaan sebesar 29,68%.
Adapun penyumbang terbesar kedua adalah rokok kretek filter sebesar 12,58% di perkotaan dan 10,10% di perdesaan. Posisi ketiga penyumbang terbesar adalah telur ayam ras sebesar 4,96% di perkotaan dan 4,94% di perdesaan.
Dimensi lain yang perlu diperhatikan dalam persoalan kemiskinan adalah tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Indeks kedalaman kemiskinan mengindikasikan rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung menjauhi garis kemiskinan.
Sedangkan indeks keparahan kemiskinan mengindikasikan ketimpangan pengeluaran di antara penduduk miskin.
Indeks kedalaman kemiskinan Jabar turun dari 1,134 pada september 2018 menjadi 1,095 pada Maret 2019. Demikian pula indeks keparahan kemiskinan juga turun dari 0,265 menjadi 0,241 pada periode yang sama.
(Foto: Ilustrasi/Google)
Perekonomian Jawa Barat
Berdasarkan data BPS, laju pertumbuhan ekonomi (LPE) Jabar sebesar 5,14% (Y-on-Y) pada triwulan III-2019. Tumbuh di atas rata rata LPE nasional (5,02%).
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku pada triwulan ini mencapai Rp.544,56 triliun. Adapun struktur ekonominya didominasi lapangan usaha Industri pengolahan yaitu sebesar 41,42% dengan LPE 4,64%. Kontribusi terbesar kedua yaitu dari perdagangan sebesar 15,38% dan LPE-nya mampu tumbuh sebesar 7,76%.
Distribusi terbesar ketiga adalah pertanian yaitu sebesar 8,91%, dengan LPE -1,52%. Pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan sedang triwulan III-2019 Jabar sebesar 2,72 % (Y-on-Y) terhadap triwulan III-2018. Pertumbuhannya di bawah rata-rata nasional yang tumbuh sebesar 4,35%. Adapun pertumbuhan produksi industri manufaktur mikro dan kecil triwulan III-2019 Jabar sebesar 7,53 % (Y-o-Y) tumbuh di atas rata-rata nasional (6,19 %).
Perdagangan menjadi kontributor terbesar kedua dalam PDRB Jabar. Peranan ekspor menjadi salah satu komponen pendongkrak perdagangan di Jabar. BPS merilis nilai ekspor menurut provinsi asal barang, total ekspor Jabar periode Januari –November 2019 mencapai USD 27,71 milyar atau sebesar 18,09% ekspor nasional.
Nilai ekspor Jabar ini, terbesar secara nasional disusul oleh Jawa Timur (11,16%) dan Riau (7,23%) dari total ekspor nasional sebesar USD 153,11 milyar. Kiprah Jabar diharapkan terus semakin membaik di 2020. Keberhasilan pengentasan kemiskinan, penurunan angka pengangguran, dan peningkatan pertumbuhan ekonomi di 2019 sangat berpengaruh positif terhadap indikator nasional.
Oleh sebab itu, Visi Pemerintah Jabar “Terwujudnya Jabar Juara Lahir Batin dengan Inovasi dan Kolaborasi” yang bisa makin membumi.
Selain mampu mensejahterakan warga Jabar juga turut andil dalam pembangunan nasional. Semoga. Artikel ini dikutip di Ayobandung.com
Penulis: Nevi Hendri, S.Si, M.M
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Ciamis
Tidak ada komentar